Cerita Pendakian Leuser, Ketemu si Belang hingga Hutan Lumut

Foto bersama di atas puncak Pengungungan Leuser, Foto by Fitriani.

Nalurinews.com
– Lima pemuda dan satu perempuan pencinta alam sukses menaklukkan pengunungan Laeser. Gunung Leuser nan menjulang dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh dan merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Laeser (TNGL).

Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis. Dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Fitriani asal Aceh, mewakili komunitas Pidie Adventure menerangkan, misi pendakian gunung Leuser dimulai sejak 20 Januari 2025 hingga 30 Januari 2025. Mereka yang terlibat pendakian berasal dari sejumlah wailayah di Indonesia yakni Belli Bel Fatjeri dari Aceh, Alfin Ardiansyah (Palembang), A Vepriya (Lampung), Risky Ridha Syamza (Bekasi), Panca Sunu P asal Bogor dan dirinya.

Mereka didampingi dua pemandu pendakian berpengalaman dari Resor Kedah. Abdul Rahman dan Maisar ditunjuk TMGL untuk menemani atau memandu pihaknya untuk misi pendakian tersebut.

Meski tumbuh dan besar dari mahasiswa pencinta alam (Mapala) Jabal Everest Unigha Sigli, Fitri mencatat banyak hal baru dan menarik ditemukan dalam perjlanan pendakian Gunung Leuser.

Sehari sebelum keberangkatan, tim tiba dan berkumpul di Resor Kedah atau basecamp (BC) pendakian yang berada di Gampong Penosan Sepakat, Kecamatan Keudah, Kabupaten Gayo Lues.

“Di BC kita siapkan seluruh keperluan dengan mengikuti diarahan dua pemandu, karena perjalanannya akan memakan waktu lebih 10 hari,” kata Fitriani.

Pendakian melalui jalur pendakian (japen) Khansa, pemandu menargetkan masa pendakian normalnya memakan waktu 12 hari. Ada tiga puncak yang ingin dicapai, yakni Puncak Loser dengan berketinggian 3404 meter di atas permukaan laut (Mdpl), puncak Leuser  di 3145 Mdpl, dan puncak Tanpa Nama pada 3455 Mdpl.

Puncak Loser dan Leuser hampir berdekatan atau sekitar empat jam pendakian, sementara puncak Tanpa Nama berada pada perbukitan berbeda. Setelah beberapa hari pejalanan, tim memilih berhenti lagi persis berada persimpangan trek menuju Puncak Loser/Leuser dan puncak Tanpa Nama.

“Sempat diskusi juga, karena untuk efisiansi waktu dan diputuskan ke Loser dan puncak Leuser dulu, beru ke puncak Tanpa Nama,” ujar Fitriani.

Untuk menggapai puncak Loser dan Leuser, lanjut Fitriani, tim sempat bermalam di camp Lapangan Bola. Keesokan harinya tim kembali ke persimpangan semula, sebelum kembali mendaki ke puncak  Tanpa Nama.

“Alhamdulillah, tiga puncak dberhasil digapai tim pendakian dalam kurun waktu sebelas hari,” terang Fitri.

Selama pandakian, Fitri menceritakan tim sempat sempat diikuti diikuti si-Belang alias Harimau Sumatra. Kondisi itu diceritakan guid pada hari kedelapa saat menuju puncak Tanpa Nama dari camp Lapangan Bola, bahwa hari sebelumnya ada Nenek –sebutan orang Gayo pada Harimau Sumatra- yang mengikuti mereka.

“Kami melihat langsung jejaknya (Harimau Sumatera) di jalur yang kami lewati," ungkap Fitriani.

Meski karep malakukan pendakian bersama Jabal Everest Unigha Sigli, penelurun jalur pengunungan Leuser tergolong sangat menantang. Sejak hari pertama sampai hari kelima, mereka harus menapaki tanjakan terjal dan  turunan curam dalam hutan lebat.

Namun ada pemandangan yang marik diceritakan, yakni keberadaan hutan lumut. Sekilas, sambung Fitriani mirip keindahan yang ditawarkan seperti dalam film - film animasi dan itu diakuinya nyata.

Tidak hanya hutan lumut, aliran sungai, keindahan savana dengan rumput-rumput yang unik, kantung semar yang tumbuh sembarangan di hamparan tanah, dan anggrek yang beragam jenis menambah keindahan perjalanan pendakian.

“Saat memasuki hutan lumut pada hari kedua, mereka terpesona dengan keindahan yang ditawarkan, itu seperti dalam film - film animasi dan di Leuser itu nyata," ungkap Fitriani.

Tidak lupa, Fitriani mengucapkan terimakasih atas dukungan Pemerintah Kabupaten Pidie dan Samsul Azhar bersedia melepas keberangkatanpenjadian pengunungan Leuser.

 Bagi Fitriani, menggapai tiga puncak Pegunungan Leuser merupakan mimpi besar yang akhirnya menjadi kenyataan setelah tahun lalu gagal.

"Tantangan dalam pendakian Leuser ini luar biasa, mulai dari fisik mental dan hal-hal tak terduga lainnya. Alhamdulillah, akhirnya tergapai juga," tuturnya.[]

Posting Komentar untuk "Cerita Pendakian Leuser, Ketemu si Belang hingga Hutan Lumut"