
Korban banjir bandang di Pidie Jaya mendatangi mobil pelayanan kesehatan.
NALURINEWS.COM, Meureudu - Gelombang krisis kesehatan mulai melanda korban banjir di Pidie Jaya, Aceh, di tengah lambannya bantuan logistik tiba di lokasi pengungsian.
Sejak dua hari terakhir, ratusan warga, terutama bayi dan anak-anak, dilaporkan mengalami gatal-gatal dan demam akibat minimnya akses terhadap air bersih dan buruknya sanitasi di tempat penampungan.
Pantauan NaluriNews pada Selasa, 2 Desember 2025 menunjukkan bahwa bantuan obat-obatan dan logistik belum menjangkau banyak wilayah terdampak.
Kondisi kritis ini terjadi di beberapa gampong di Kecamatan Bandar Dua, seperti Gampong Alue Keutapang, Babah Krueng, Pohroh, hingga Drien Tujoh dan Kecamatan Ulim meliputi Tijien Daboih, Tijien Husen, dan Gelanggang.
Kebutuhan Mendesak: Air Bersih dan Makanan Siap Saji
Para pengungsi kini bertahan dengan persediaan yang sangat terbatas. Banyak warga kehilangan peralatan masak atau rumah mereka rusak akibat arus banjir.
“Bantuan darurat pernah sampai, tapi sudah habis. Kami mengungsi di meunasah, tapi tidak muat semua. Yang paling kami butuhkan sekarang air bersih dan makanan siap saji. Kalau bahan mentah tidak bisa kami masak karena peralatan sudah rusak,” jelas Diana Zainal, warga Gampong Tijien Husen.
Diana menambahkan, pasokan lanjutan dari pemerintah atau lembaga bantuan besar belum masuk sejak bantuan awal dari relawan diterima.
Kondisi serupa dialami warga Gampong Pohroh, Kecamatan Bandar Dua (Ule Gle), yang mengaku bertahan dengan logistik minim.
“Kami hanya dapat minyak makan satu ons, beras tiga kilo, dan satu selimut untuk beberapa orang. Belum ada pihak pemerintah yang sampai ke gampong kami hingga hari ini,” tutur Megawati, salah seorang warga.
Tim Medis Bergerak Mobile, Fokus pada Kelompok Rentan
Sementara itu, Koordinator Pelayanan Kesehatan Darurat Pidie Jaya, Kamaruddin, mengonfirmasi peningkatan keluhan kesehatan di pengungsian.
“Kami sudah turun ke sejumlah titik, mulai dari Meureudu dan Meurah Dua. Keluhan terbanyak adalah gatal-gatal dan demam pada bayi. Kami memberikan penanganan awal, tetapi mobilitas warga masih sangat terbatas,” jelas Kamaruddin.
Ia menyebutkan bahwa tim medis bergerak secara mobile sejak dini hari, memprioritaskan kelompok rentan seperti balita, lansia, dan ibu hamil. Kamaruddin juga mengakui bahwa terbatasnya akses menjadi tantangan utama.
“Untuk daerah Jangka Buya dan Bandar Dua (Ulee Gle), baru hari ini tim kesehatan dari puskesmas bisa turun. Sebelumnya tidak memungkinkan karena jalan tertutup lumpur dan genangan air,” tambahnya.[Riski]
Posting Komentar untuk "Krisis Kesehatan Mengancam Pengungsi Pidie Jaya: Bayi Gatal-gatal dan Demam Meluas"