Sigli, nalurinews.com -- Pejabat (Pj) Bupati Pidie Samsul Azhar meminta persetujuan DPR Kabupaten Pidie tentang hasil perumusan tentang Hari Jari Pidie (HJP) yang bakal dipamerkan dalam seminar raya kepada masyarakat luas pada Senin 22 September 2024.
Permintaan persetujuan itu disampaikan Samsul Azhar dalam Rapat Paripurna Istimewa tentang persetujuan penetapan HJP yang di laksanakan, Jumat, 20 September 2024 di dedung DPRK setempat.
Dalam paripurna itu, Samsul memaparkan sejumlah perjalanan atau kajian yang sudah dilaksanakan hingga lahirnya kesimpulan akhir tentang HJP yang jatuh pada 22 Jumadil Akhir 917 Hijriah atau 18 September 1511 Masehi.
"Berdasarkan kajian-kajian tim perumus, Pidie kini sudah berusia 513 tahun," terang Samsul.
Pada kesempatan ini, Samsul menyampaikan bahwa Pidie mempunyai sejarah tebal dan panjang, sebagai Nanggroe Bibeuh Pidie, Pidie ini merupakan Tanoeh Hikayat dan sebagai kutub intelektual dan penghasil manusia unggul.
Sebagai subjek sejarah, masyarakat Pidie berhak dan mempunyai kewajiban bersama untuk bertanggung jawab di pentas sejarah dunia, tanggung jawab akan kesadaran untuk mewariskan semangat juang, meluruskan kiblat kebangsaan, serta menasbihkan diri sebagai mercusuar masa depan sebuah bangsa yang tahu akan harga diri dan mengerti bagaimana memakmurkan kehidupan bersama dengan tata nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal Pidie.
Fakta-fakta sejarah itu sebagian ditemukan dalam Focus Group Discussion (FGD) pertama dan FGD kedua sesuai dengan Term Of References (TOR) sebagai tahapan pengkajian HJP yang telah dibahas dan disepakati dan ditandatangani oleh Tim Perumus pada tanggal 27 Mei 2024.
"Perlu juga kami laporkan, terakhir dengan disetujuinya oleh pemerintah bahwa HJP telah ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 9 September 2024 melalui Peraturan Bupati (Perbup Pidie Nomor 36 Tahun 2024 tentang Hari Jadi Pidie.” papar Samsul.
Ketua DPR Kabupaten Pidie, Anwar Sastra Putra sedikit memaparkan pengetahuannya tentang Pidie. Kabupaten Pidie pada masanya dikenal sebagai negeri poli, kemudian berubah menjadi pedir, dan sekarang terkenal dengan nama Pidie.
Dalam sebuah riwayat Tiongkok (Cina) disebutkan, pada Tahun 413 Masehi, seorang musafir Tiongkok, Fa Hian melawat ke Yeep Po Ti dan singgah Poli (Pidie). Fa Hian menyebutkan Poli sebagai sebuah negeri yang makmur, yang rajanya berkenderaan gajah, berpakaian sutra dan bermahkotakan emas.
"Kami sangat mendukung setiap upaya seminar raya HJP ini, semoga memberikan dampak baik untuk kemajuan daerah dan memperkuat kajian yang Pidie," ujar Anwar.[]