
Potret antrian masyarakat Pidie Jaya untuk mendapatkam LPG 3 kg.
NALURINEWS.COM, Meureudu - Penderitaan warga Desa Beuringen, Kecamatan Meurah Dua, Pidie Jaya, akibat banjir bandang yang terjadi sejak akhir November, bertambah panjang. Setelah kesulitan membersihkan rumah dari lumpur dan puing, kini mereka dihadapkan pada masalah baru: kelangkaan parah pasokan gas elpiji yang membuat aktivitas memasak sehari-hari menjadi sangat sulit.
Sudah hampir sepekan terakhir, pasokan tabung gas elpiji di pangkalan sekitar Beuringen tidak stabil. Fenomena antrean panjang telah menjadi pemandangan harian, di mana banyak ibu rumah tangga harus menunggu sejak waktu Subuh, berharap bisa mendapatkan satu tabung gas untuk kebutuhan keluarga. Namun, tidak sedikit warga yang terpaksa pulang dengan tangan hampa.
“Kami sudah susah karena rumah hancur, sekarang untuk masak saja susah. Harus antri berjam-jam, dan kadang tabungnya sudah habis duluan,” keluh Suryani, seorang ibu rumah tangga yang menunggu di depan salah satu kios kecil, yang kini menjadi tumpuan harapan warga, Rabu, 10 Desember 2025.
Jalur Distribusi Terputus
Menurut keterangan dari beberapa pangkalan, distribusi elpiji terhambat oleh kondisi infrastruktur yang belum pulih. Akses utama menuju desa masih dipenuhi sisa lumpur tebal dan tumpukan kayu, menyebabkan truk pengangkut dari agen kesulitan melintas di jalur Meurah Dua–Beuringen.
“Kami pun serba salah. Stok yang datang sedikit sekali, sementara kebutuhan warga terus meningkat. Kadang kami diprotes, padahal hambatan ada di jalur pengiriman,” ujar seorang pemilik pangkalan, sambil menunjukkan deretan tabung-tabung kosong yang tidak jelas kapan akan terisi kembali.
Di tengah situasi ini, banyak keluarga terpaksa kembali ke cara tradisional, mengandalkan tungku darurat dari batu dan kayu bakar. Hal ini dilakukan meskipun kondisi desa masih becek dan basah, menambah beban fisik dan mental bagi warga yang sedang berupaya memulihkan rumah mereka.
Warga mendesak adanya intervensi cepat dari pemerintah daerah dan pihak terkait, khususnya Pertamina dan agen distributor, untuk memprioritaskan dan menstabilkan pasokan elpiji ke kawasan bencana.
“Bukan cuma rumah yang hilang, tapi rasa tenang juga. Kami cuma ingin hidup kembali normal, tanpa harus takut kekurangan kebutuhan dasar setiap hari,” tutup seorang warga lainnya dengan nada pilu.
Kelangkaan elpiji ini menjadi indikator bahwa upaya pemulihan pasca-bencana di Beuringen masih memerlukan perhatian holistik, mencakup tidak hanya infrastruktur tetapi juga jaminan ketersediaan kebutuhan pokok.[Riski]
Posting Komentar untuk "Di Tengah Pemulihan, Kelangkaan Elpiji Landa Warga Pidie Jaya"