Mengintip "Emas Merah" dari Pidie: Jantung Ketahanan Pangan Tanah Rencong

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie, Hasballah, SP, MM terus mendorong perkembangan bawang merah.

NALURINEWS.COM
- Di balik hamparan pesisir Kabupaten Pidie, tersimpan kekuatan ekonomi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Bawang merah, komoditas yang seringkali memicu gejolak inflasi nasional, justru menjadi primadona dan pilar kedaulatan pangan di Bumi Pedir.

Bukan sekadar tanaman musiman, bawang merah Pidie kini telah menjelma menjadi identitas ekonomi daerah. 

Di bawah kepemimpinan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie, komoditas ini terbukti mampu menguasai pasar Aceh hingga menembus pasar Sumatera Utara, bahkan sanggup bersaing ketat dengan produk impor.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie, Hasballah, SP, MM berdiskusi dengan petani bawang merah.

Sentra Produksi yang Terus Meluas

​Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie, Hasballah, SP, MM, mengungkapkan bahwa ekspansi lahan bawang merah di Pidie mengalami kemajuan pesat. Dari yang semula hanya di beberapa titik, kini kawasan budidaya telah meluas hingga mencakup 17 kecamatan.

Beberapa kecamatan kunci yang menjadi motor penggerak utama antara lain:

  • ​Simpang Tiga, Pidie, dan Batee (Sentra Utama)
  • ​Grong-Grong, Kembang Tanjung, Muaratiga, dan Peukan Baro.

​"Petani kita memanfaatkan lahan pesisir secara optimal, terutama di luar musim tanam padi. Strategi ini memastikan pasokan bawang merah tetap terjaga sepanjang tahun," ujar Hasballah.

​Melawan Arus Impor, Menjaga Stabilitas Harga

​Salah satu pencapaian membanggakan adalah kualitas bawang merah Pidie yang diklaim mampu mengimbangi, bahkan mengalahkan dominasi bawang impor dari segi harga dan kesegaran. Keunggulan inilah yang membuat Pemerintah Kabupaten Pidie menjadikan bawang merah sebagai senjata utama dalam pengendalian inflasi daerah.

Namun, layaknya komoditas unggulan lainnya, tantangan tetap ada. Fluktuasi harga saat panen raya dan serangan hama ulat menjadi perhatian serius pemerintah.

​"Kami terus mendorong program investasi dan pengembangan pola tanam (plasma). Tujuannya jelas: menjaga stabilitas pasokan sehingga harga tetap bersahabat bagi konsumen namun tetap menguntungkan bagi petani," tambah Hasballah.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie, Hasballah, SP, MM mengecek hasil panen bawang merah yang terus meningkat.

Mengapa Bawang Merah Pidie Begitu Potensial?

Secara keunggulan, budidaya bawang merah Pidie memiki kualitas super, sehingga Mampu bersaing dengan bawang luar daerah dan impor.

Keunggulan lain, luas area tanam di Kabupaten Pidie masih sangat lebar dan bahkan mencakup 17 kecamatan dengan potensi perluasan tanam. Pemerintah selalu mendukung penuh sektor ini, apalagi terfokus pada program investasi dan perlindungan petani dari hama.

Selain itu, Pidie salah satu daerah trategis, karena perannya dalam sejarah perdagangan, letak geografis di jalur pesisir timur Aceh, dan potensinya dalam pembangunan regional.

"Tiap tahun, luas areal tanam bawang merah di Kabupaten Pidie mencapai 500 hektar per tahun dan mampu memproduksi Produksi 7-10 ton per hektar," tarang Hasballah.

Masa Depan Ekonomi Pidie

​Melalui perluasan lahan dan perbaikan pola tanam, Pidie tidak hanya sekadar bertani, tapi sedang membangun kedaulatan pangan. 

Bagi para investor dan pelaku usaha agrobisnis, bawang merah Pidie adalah peluang emas yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di ujung barat Indonesia.

Dengan sinergi antara kerja keras petani dan kebijakan strategis pemerintah, "Emas Merah" dari Pidie siap terus bersinar di pasar nasional.(Advertorial).


Posting Komentar untuk "Mengintip "Emas Merah" dari Pidie: Jantung Ketahanan Pangan Tanah Rencong"