![]() |
| Foto Maslina bersama sang ayah, almahum Muzakkir. |
NALURINEWS.COM, Bireuen - Awan duka pekat menyelimuti Gampong Matangkule, Kecamatan Plimbang, Bireuen.
Pelukan Terakhir yang Tak Pernah Terjadi
Suasana haru tak terbendung di rumah duka. Maslina, yang sehari-hari juga berstatus santri di pesantren milik almarhum ayahnya, SOP Jeunib, terlihat memeluk erat toga dan baju wisuda yang telah disiapkan.
Berkali-kali ia menyeka air mata, namun genangan kesedihan itu seolah tak pernah kering. Beban terasa kian berat mengingat tiga adiknya juga masih menempuh pendidikan.
“Benar, Ayah meninggal tiga hari sebelum saya wisuda,” tutur Maslina saat ditemui dengan suara yang tercekat dan bibir bergetar hebat. “Yang paling menghancurkan hati saya, baju untuk wisuda ini sudah Ayah siapkan sendiri. Ayah pamit ke gunung untuk mencari rezeki terakhir demi memastikan saya bisa memakai toga ini,” lanjutnya, air mata pilu membasahi pipinya tanpa henti.
Jejak Perjuangan di Pelukan Alam
Aminah (49), ibunda Maslina dan istri almarhum Muzakkir, bersaksi tentang pengorbanan suaminya. Ia membenarkan bahwa sang suami pamit mendaki gunung pada Minggu pagi.
Sebuah panggilan telepon sempat terangkat; di sana, almarhum sempat mengungkapkan kebanggaannya, bersemangat menanti hari bersejarah anaknya.
“Katanya Senin sudah pulang. Tapi saat dihubungi Senin sudah tidak diangkat lagi. Sampai Selasa, hati saya sudah tidak tenang,” ujar Aminah, matanya memerah menahan kesedihan yang mencekik.
Keluarga dan warga kampung kemudian meminta pertolongan kepada rekan-rekan yang kebetulan berada di gunung. Pencarian membuahkan kenyataan pahit. Muzakkir ditemukan telah meninggal dunia, dalam posisi syahdu sujud, dengan sepotong kayu besar menimpa punggungnya. Diduga, kayu yang baru saja ia potong jatuh dan merenggut nyawanya, saat ia sedang berjuang mencari nafkah terakhir untuk membiayai wisuda putrinya.
Semua perlengkapan almarhum—telepon genggam, sebungkus rokok, bahkan sejumlah uang yang ia bawa—ditemukan masih utuh, menjadi saksi bisu perjuangan dan ketulusan seorang ayah.
Diperkirakan, Muzakkir, sang pejuang rezeki, menghembuskan napas terakhirnya pada Senin, 17 November 2025, saat sedang bekerja di kebun gunung miliknya. Ia pergi dengan meninggalkan cita-cita besar yang kini harus diwujudkan putrinya dengan hati yang remuk.[Riski]

Posting Komentar untuk "Tiga Hari Sebelum Wisuda, Sang Ayah Pergi untuk Selamanya"