Di Bawah Bayang-Bayang Trauma: Perjuangan Pahit Ratusan Korban Banjir Bandang di Tenda Darurat Pidie Jaya

Kondisi anak-anak di lokasi pengungsian Kabupeten Pidie Jaya.

NALURINEWS.COM
, Meureudu - Dinding duka dan kecemasan masih menyelimuti Gampong Dayah Upaneuk pasca-terjangan banjir bandang. Ratusan jiwa kini terdampar, menjalani hidup serba terbatas di tenda-tenda darurat yang berdiri seadanya—sebuah pengungsian yang menjadi saksi bisu trauma yang belum kering.

​Di halaman meunasah yang lembap dan lahan kosong yang kini dipenuhi tumpukan barang sisa, warga berjuang melawan dingin malam dan panas siang.

Malam Tanpa Cahaya, Tidur Penuh Ketakutan

​Pemandangan paling memilukan terlihat di malam hari. Anak-anak harus tidur beralaskan tikar tipis, bahkan ada yang terpaksa di lantai semen yang dingin atau panas karena minimnya alas, sementara orang tua mereka berjaga, mata mereka tak bisa terpejam. Mereka dihantui ketakutan akan gemuruh air susulan yang bisa datang kapan saja.

​"Kami hanya berharap keadaan cepat pulih. Tidur pun tidak tenang. Apalagi kalau hujan turun, lampu juga tidak ada, gelap gulita. Air bersih terbatas, dan mencari toilet saja sulitnya minta ampun," tutur Wardi, seorang warga, suaranya tercekat dan matanya tampak berkaca-kaca menahan air mata.

​Bau apek dan lembap menyengat di udara, bercampur dengan sisa lumpur tebal yang masih menempel di setiap sudut, mengingatkan warga pada kehancuran yang mereka alami.

Kebutuhan Mendesak yang Tak Kunjung Terpenuhi

​Kondisi logistik di pos pengungsian jauh dari kata memadai. Air bersih, selimut tebal yang sangat dibutuhkan untuk melawan dinginnya malam, dan terutama kebutuhan esensial untuk bayi dan lansia, menjadi barang langka yang paling dicari.

​Di tengah puing-puing rumah yang rusak parah, para korban terlihat tak kenal lelah; mereka menjemur pakaian kotor yang baru diselamatkan dari rendaman lumpur, mencoba mencari sisa-sisa kehidupan yang masih bisa diselamatkan.

​Ketabahan para penyintas Dayah Upaneuk adalah satu-satunya benteng mereka saat ini. Mereka saling menguatkan, bahu-membahu membersihkan sisa kehancuran, sambil terus menengadah, berharap uluran tangan dan bantuan kemanusiaan tak berhenti mengalir, memulihkan tidak hanya desa mereka, tetapi juga luka batin yang dalam.[Riski]

Posting Komentar untuk "Di Bawah Bayang-Bayang Trauma: Perjuangan Pahit Ratusan Korban Banjir Bandang di Tenda Darurat Pidie Jaya"